Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Puisi Modern Tema Kerinduan 2018

Sekilas perihal puisi modern - puisi merupakan salah satu karya sastra yang masih dibilang terkenal dalam dunia pendidikan. Sebuah puisi dapat saja tercipta dari perasaan dan imajinasi si penulis terhadap permasalahan tertentu atau situasi tertentu. Para penulis puisi seringkali membuat karya-karyanya malah menyerupai mirip teka-teki kata, maksudnya mereka menginginkan pembacanya untuk berfikir dua kali untuk dapat memahami makna kata demi kata dalam puisi tersebut. Namun itulah yang membuat sebuah puisi terdengar elegan di indera pendengaran pembacanya, apalagi puisi modern tidak lagi mementingkan aturan-aturan dasar puisi originalnya, akan tetapi lebih mementingkan ketepatan, keindahan, dan keterpaduan dalam pemilihan kata.

Untuk artikel pertama yang saya buat ini, saya akan melantunkan satu dua kata karya puisi modern bertemakan “kerinduan” kepada anda semua. Selamat memabaca ya!



Menunggu Sapaan
Oleh : Resa Afani

Di penghujung tebing ini…
Ku terseret hentakan bunyi angin berdesir
Mencoba belajar kolam hitam menjadi putih
Melepas diri dari cengkraman sang surya ini
Tunggu! Siapakah yang memulai semua ini
Apa arti semua ini?

Berdalih pergi, kamu seolah membisu
Dengan beban kehormatan yang khusus
perlahan memudar, samar, dan lenyap
percuma berharap ini menyerupai lebah
Datang hanya berbisakan fana
Lantas apa ini sebuah kehebatan?

Tidak! Simpanlah selagi kamu menyadarinya
Pahitkan prinsipmu dan jatuhkanlah
Ketidaktahuan selalu bertarung di hati
Sembilan Sembilan tatanan tersusun rapi
Berhenti teman, juga demi jarak
sungguh tangan ini akan rekan sebenarnya

Namun sesaat, gagal meyakinkan Qolbu
Luka membara tanpa fikir panjang
Niat dahulu terbalas sia-sia
Cobalah bergegas kawan, bergegas!
Banyak manusia merindu bunyi langkahmu
Merdu Menghalangi kelabunya Qolbu

Di hari menunggu bunyi menjejal
Dari berjelajah, merantau kembali
Demi seutas asa, kami berdiri…
Sabar menelantarkan dengan modal “menagih janji”
Kemudian menyeringai untuk tetap rapi
Sehelai karangan bunga kamu hadapi

Jujur, ku kecewa mencaci masa kini
Lebah itu jadi bergairah sekarang, wow!!!
Takjub hidup bagai orang berada
Maka gangguan terlintas dalam darah ini
Memahami bahwa masa kini sangat hitam
Meski masa kemudian putih seemas madu

Suara merdu itu kembali sesak
Rintik kesedihan mencapai titik saktinya
Alunan biola seolah memekakan telinga
Jidat lunak berlumuran nestapa
Pasti kutunggu sapaanmu yang dulu
Jika tidak, biarkan saya mati saja