Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

S-Boote / Schnellboote – Kapal Cepat Kriegsmarine Nazi Jerman, Bab 1



Kemayoran, Jakarta, Rabu, 23 Mei 2018

Artikel kali ini, akan membahas wacana salah satu tipe senjata yang beroperasi di lautan. Muncul di kala Perang Dunia ke II, racikan dari insinyur-insinyur Jerman ini sedemikian fenomenal, alasannya yakni memang, merupakan satu terobosan teknologi serta terobosan strategis demi menyiasati perjanjian Versailles.

Karena ulasan dari  SCHNELLBOOTE ini akan panjang, maka penjabarannya akan dibagi ke dalam 2 artikel bersambung.Untuk itu, tanpa bertele-tele lagi, inilah ulasannya:


Sepanjang perang, kedigdayaan angkatan perang Nazi Jerman, tampaknya hanya terukir lewat tank "Tiger", tank "Panther", atau pesawat pembom tukik-Ju-87 Stuka, sedangkan di Kriegsmarine tampaknya hanya terukir lewat kiprah U-Boat dan Battleship saja. Namun tak begitu kenyataannya di lapangan. Pasukan bahari Nazi juga memiliki senjata permukaan lain yang cukup membuat Sekutu kelabakan. S-Boote atau / SCHNELLBOOTE – KAPAL CEPAT,  adalah nama senjata yang dimaksud. Kapal cepat, begitulah arti harafiahnya, memang sangat sempurna untuk menggambarkan bahtera ini. Dikalangan awaknya, kapal ini menerima sebutan Eilboot. Sementara angkatan bahari Inggris lebih menentukan untuk menjulukinya sebagai E-Boats atau Enemy Boats (perahu musuh).


Yatch Yahudi

Bila menengok kebelakang, kisah S-Boote dimulai pada 1920. Komando AL Jerman kala itu membuka proyek kapal perang kecil yang disamarkan fungsinya sebagai pemburu kapal selam (submarine chaser). Lantaran dianggap proyek mini maka sekutupun hanya memandang sebelah mata. Ini sama saja artinya jadwal yang dilakukan tak melanggar hukum Versailles.

Selama delapan tahun semenjak proyek ini dibuka, konsentrasi para insinyur maritime Jerman lebih terfokus untuk membuat desain lambung yang paling tepat. Maklum desain lambung speed boat yang tadinya dianggap pas, ternyata punya banyak kelemahan. Desain bab bawah lambung yang rata ternyata hanya cocok untuk melaju cepat dalam kondisi bahari tenang. Bila berhadapan dengan bahari bergelombang, dijamin kestabilan kapal jadi berantakan. Padahal sesuai dengan kebutuhan, nantinya Kriegsmarine berencana untuk menggelar armada S-Boote di wilayah pantai Laut Utara yang populer ganas.


Beruntung, segala hambatan tadi tak hingga membuat Kriegsmarine jadi patah arang. Tanpa sengaja Komando AL Jerman berhasil menemukan solusinya. Sebuah yacht langsung berjulukan Oheka hasil garapan galangan kapal Luersen menjawab semua duduk masalah tadi. Kunci jawaban itu terletak pada kombinasi lengkung-datar desain lambungnya. Kapal mewah. Selain desain lambung, soal material kapal ini juga punya terobosan dengan menyomot adonan materi kayu untuk bodi dengan rangka aluminium. Aturan ini berefek bobot kapal bisa dibentuk seoptimal mungkin. Ironisnya, yacht glamor itu bersama-sama dibangun atas pesanan seorang banker Jerman keturunan yahudi yang berimigrasi ke AS. Nama Oheka yang terpasang tak lain merupakan akronim dari nama sang pemilik , Otto Herman Kahn.


Mendongkrak Dimensi

Temuan terobosan teknologi tadi otomatis membuat galangan kapal Luerssen mendadak jadi pusat proyek pengembangan S-Boote. Kontrak pembuatan kapal pertama dengan arahan S1 dibentuk di galangan kapal ini pada November 1929. Secara teknis varian orisinal tersebut masih mengusung tiga unit mesin bensin berdaya 800hp buatan Daimler Benz sebagai sumber tenaganya. Aslinya, di atas kertas AL Jerman berencana untuk menggunakan mesin Diesel. Namun karena dua pabrikan dapur pacu yaitu Daimler-Benz dan MAN masih berancang-ancang meracik diesel bagi keperluan maritime maka planning belum terlaksana. Tercatat mesin penenggak solar ini gres mulai diaplikasikan pada varian S6.

Soal perubahan dari desain orisinal tak hanya berlaku pada mesin saja. Urusan ukuran bodi juga ikut berkembang. Semula S-Boote punya dimensi panjang sekitar 32 meter. Dikemudian hari besaran ini merangkak hingga 34,7 meter. Tujuannya untuk mengimbangi laju kapal yang cepat. Patokan lain yang juga ikutan naik terdapat pada jumlah awak dari semula 28 orang menjadi 32-34 orang. Sementara bobot S-Boote diakhir perang berkisar antara 100 hingga 105 ton.


Penambahan kuantitas berlaku pula pada senjata. Selain sepasang tabung pelontar torpedo caliber 21 inci di kanan-kiri lambung, dek S-Boote juga dipenuhi bermacam-macam kanon anti pesawat berkecepatan tembak tinggi. Pilihan kombinasinya banyak. Mau tiga pasang kanon flak caliber 20 mm plus sebuah berkaliber 40 mm atau lima flak caliber 37 mm. penambahan kemampuan menangkal pesawat ini diberikan sejalan dengan makin meningkatnya bahaya udara dari pesawat-pesawat serang Sekutu.


Lembah E-Boat

Sejak awal Perang Dunia Ke II, Kriegsmarine telah menggelar armada S-Boote. Tercatat sebelum Dunkirk jatuh, Jerman sudah mengoperasikannya dari pelabuhan di Belanda. Dari lokasi tersebut, hanya butuh waktu 3 jam saja untuk berlayar menuju wilayah pantai Inggris. Begitu Nazi menguasai Eropa, tempat operasi S-Boote juga makin meluas. Mulai dari selat Dover hingga merangsek ke muara sungai Thames. Selama Perang Dunia Ke II wilayah ini kerap dijuluki sekutu sebagai “Lembah E-Boat”.

Ancaman armada kapal cepat bersenjatakan torpedo ini bukan hanya gertak sambal belaka. Pada 26 April 1944, sekutu benar-benar mengalami kerugian besar jawaban serbuan S-Boote. Kala tu, pasukan AD AS dari kesatuan 4th Infantry Division tengah melaksanakan latihan pendaratan amfibi berkode Tiger di pantai Slapton Sands, Devon. Tak disangka, Sembilan kapal cepat Jerman menyerang. Akibat serangan mendadak ini, dua kapal LST (Landing Ship Tank) karam serta sebuah lagi rusak berat. Selain kapal, Sekutu juga mesti rela kehilangan 441 pasukan asal AS plus 197 pelaut.


Ketika bala tentara Sekutu mendarat di Normandia, Juni 1944, armada S-Boote jadi satu-satunya elemen bahari Jerman yang aktif mengganjal serbuan itu. Memang dari segi kualitas tak banyak berpengaruh, karena kekuatan lawan yang dihadapi terlalu besar. Namun beberapa kapal perang Sekutu sempat terhantam torpedo yang dilontarkan kapal cepat AL Jerman ini. Sebut saja diantaranya battleship Inggris HMS Nelson, destroyer milik AS USS Meredith, dan fregat HMS Halstead.

Sumber : Edisi Koleksi Angkasa – MESIN PERANG NAZI JERMAN

Bersambung......