Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Helikopter Anti Kapal-Selam Kamov Ka-25 (Kode Nato-Hormone)



Cileduk, Tangerang, Banten, Selasa, 10 Juli 2018

Kalau dalam artikel sebelumnya, yang dibahas yakni helikopter serang/tempur, kali ini yang akan kita bahas yakni helikopter yang mempunyai kiprah sebagai anti kapal selam. Ditilik dari sudut penampilan alias bentuknya, helikopter ini memang tak “cantik” sama sekali. Punya bentuk tubuh yang “gemuk” dan terkesan tidak aerodinamis. Sangat berbeda bila dibandingkan dengan Mil Mi-24 atau Mil Mi-28, yang memang mempunyai profile yang lebih "menakutkan". 


Bentuk dari Helikopter ini lebih ibarat kepada balon terbang ketimbang helikopter. Tetapi jangan terkecoh pada penampilannya, helikopter ini mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam menjalankan tugasnya, yaitu menjejak, mengidentifikasi dan menghajar kapal selam musuh.


Mungkin, yang paling menarik dari helikopter ini yakni rotor koaksial (baling-baling kontra) yang diterapkannya. Dengan rotor yang berputar saling berlawanan ini, maka helikopter ini bisa menghapus kebutuhan akan rotor ekor. Seperti umum diketahui, fungsi rotor ekor yakni untuk mengimbangi gaya putar yang muncul tanggapan dari putaran baling-baling utama. Sebab setiap baling-baling diputar akan selalu mengakibatkan tenaga putaran yang disebut dengan istilah umum torque. Untuk menghilangkan atau menangkal tenaga putar yang bisa mengakibatkan tubuh helikopter itu berputar, maka perlu dipasang antitorque, berupa rotor ekor.


Ka-25 (kode NATO “Hormone”) dikembangkan untuk memenuhi impian dari Angkatan Laut Uni Soviet (yang tercetus tahun 1958) yang menginginkan satu helikopter yang bisa menjalankan kiprah sebagai anti kapal selam, dan sanggup dioperasikan dari kapal perang Uni Soviet kala itu. Sebagai jawaban atas tuntutan tersebut, Kamov mengembangkan Ka-20 (kode NATO “Harp) yang merupakan pengembangan dari desain awal Ka-15. 


Pada Juli 1961, Ka-20 pertama kali dipamerkan di depan khalayak ketika demo terbang pada perayaan Tushino Aviation Day atau hari penerbangan Tushino, ketika itu, helikopter ini membawa 2 rudal udara-ke-permukaan. Ka-20 seketika menarik perhatian pengamat militer barat yang hadir. Setelah konfigurasinya terbukti handal, tipe ini menjadi dasar bagi pengembangan Ka-25.


Penggunaan rotor koaksial lawan arah (baling-baling kontra) terbukti memenuhi seruan akan peniadaan rotor ekor anti torque (rotor ekor atau rotor penyeimbang). Ini memungkinkan helikopter ini mempunyai rangka yang sangat pendek, yang tentunya akan menghemat dimensi serta mengoptimalisasi ruang penyimpanan di dek. Dua rotor dengan masing-masing mempunyai tiga bilah rotor juga mempunyai desain yang bisa dilipat, sehingga makin menambah ringkasnya penyimpanan di dalam dek kapal pengangkutnya. 


Ka-25 ditenagai oleh dua mesin Glushenkov GTD-3F turboshaft yang dipasang berdampingan di kabin, dalam keadaan darurat, helikopter ini bisa tetap terbang hanya dengan mengandalkan satu mesin saja. Tiga sirip ekornya yang besar dan tebal berfungsi sebagi penyetabil ketika manuver perubahan arah.


Radar penjejak yang terbilang hebat, dipasang di kompartement khusus dibawah hidung helikopter. Radar ini mempunyai kemampuan untuk menjejak sasaran permukan sekecil periskop kapal selam. Radar ini juga terbilang sangat modern (untuk ketika itu) alasannya dilengkapi dengan sensor “Magnetic Anomali Detector (MAD), sensor electro-optical dan sonar penyelam sanggup dilontarkan di atas target, ketika helikopter ini terbang di atas sasaran potensial. 


Meskipun biasanya helikopter ini tidak dibekali dengan persenjataan ketika operasional, pesawat ini tetap dibekali dengan kompartement khusus yang sanggup diisi dengan menyebarkan macam senjata, ibarat torpedo, ranjau laut, bahkan hulu ledak nuklir kecil yang khusus didesain untuk fungsi anti kapal selam.


Tercatat, lebih dari 25 varian dari tipe ini telah dihasilkan, diantaranya varian yang paling banyak diproduksi yakni Ka-25B/Ka-25 PL untuk kiprah anti kapal selam dan Ka-25T yang berperan sebagai helikopter penunjuk arah dan penjejak kapal selam. Ka-25PS dikembangkan sebagai helikopter SAR, dan dilengkapi dengan kerek berkapasitas 300 kg, sensor untuk mendeteksi sinyal dari pilot, dan lampu sorot yang besar lengan berkuasa untuk penerangan ketika operasi malam hari.


Antara tahun 1966 hingga dengan 1975, 460 unit helikopter ini diproduksi untuk menggantikan posisi Mil Mi-4 (kode NATO “Hound) sebagai helikopter ASW utama di Angkatan Laut Uni Soviet.


Ka-25 yang dilengkapi dengan sonar pendeteksi kawasan dalam radius luas untuk mencari/menjejak kapal selam diterjunkan pertama kali dari kapal perang kelas Moskva. Angkatan Laut Uni Soviet mendapatkan empat kapaal pengangkut kelas Kiev yang mengoperasikan Ka-25s di kiprah ASW.


Sebagaimana Angkatan Laut Uni Soviet dan Federasi Rusia, Ka-25 juga dipakai oleh Bulgaria, India, Suriah, Ukraina, Vietnam, dan Yugoslavia.
  

Terbang Perdana : 1961
Kru : 4 Orang
Bobot : 4.765 kg (Kosong), MTOW : 7.200 kg


Dimensi :
Diameter rotor: 15,75 m 
Panjang : 9,75 m
Tinggi : 5,4 m


Persenjataan :
Senjata utama : Torpedo, Deep Charges, Ranjau, dll.
Mesin : 2 X Glushenkov GTD-3F  turboshaft


Performa : Kecepatan maksimum : 220 km/jam
Ketinggian maksimum : 3.500 m
Jarak maksimum : 400 km

Sumber : ENSIKLOPEDIA DUNIA “HELIKOPTER MILITER” – FRANCIS CROSSBY
Edisi terbitan Lorenz Book, dicetak oleh Anness Publihing Ltd.
www.lorenzbook.com
www.annesspublishing.com