Anti Submarine Warfare Airplane/Pesawat Anti Kapal Salam-S-3 Viking
Cileduk, Tangerang, Banten, Kamis, 12 Juli 2018
Kembali pada artikel perihal militer, kali ini yang akan diulas adalah, salah satu pesawat terbang yang mempunyai fungsi sebagai pesawat anti kapal selam, racikan dari negara Amerika Serikat, dan diproduksi oleh Lockheed. Kalau dalam artikel sebelumnya, yang kita bahas ialah dari jenis helikopter (Ka-25 "Hormone" contohnya), kali ini yang kita ulas ialah dari tipe pesawat terbang.
Pabrik pesawat terbang Lockheed memang terbilang mempunyai reputasi tinggi dalam menelurkan pesawat terbang antikapal selam (Anti-Submarine Warfare/ASW). Disamping menciptakan pesawat P-3 Orion yang desain awalnya ialah berupa pesawat penumpang Lockheed Electra, maka pesawat antikapal selam yang lain ialah S-3 Viking, yang dibentuk atas pesanan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk ditempatkan di kapal induk. Kelahiran S-3 Viking, yang ditenagai oleh mesin jet ini, dimaksudkan untuk menggantikan pesawat S-2 Tracker buatan Grumman.
S-3 Viking telah dioperasikan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat lebih dari 30 tahun, semenjak ia pertama kali digelar pada 20 Februari 1974. Berbeda dengan pesawat-pesawat tempur lain yang sering dipublikasikan kehebatannya, maka S-3 Viking ini nyaris tidak pernah menerima sorotan. Namun, dibalik itu semua, kiprah yang dimainkan tak kalah pentingnya dalam menangkal setiap bahaya lawan.
Secara umum, misi yang biasa dilakukan S-3 Viking terdiri atas tiga bagian, yaitu:
Surface Search and Control (SSC)
Strike Warfare.
Anti Submarine Warfare.
Sesuai dengan misi yang diembannya, pesawat bermesin dua ini dilengkapi dengan sensor Magnetic Anomaly Detection (MAD) Texas Instruments ASQ-81 untuk melacak keberadaan kapal selam dalam air.
Surface Search and Control (SSC)
Strike Warfare.
Anti Submarine Warfare.
Sesuai dengan misi yang diembannya, pesawat bermesin dua ini dilengkapi dengan sensor Magnetic Anomaly Detection (MAD) Texas Instruments ASQ-81 untuk melacak keberadaan kapal selam dalam air.
Disamping itu, dibawa pula piranti Electronic Surveilance Measures (ESM) IBM AN/ALR-47, Forward Looking Infrared (FLIR) Texas Instruments OR 89/AA Pulse-Compressed Digital Radar Texas Instruments APS-116 dan sonobuoys sebanyak 60 buah, serta ditunjang dengan Navi Tactical Data System Link-11. Aneka ragam alat sensor tersebut masih didukung lagi dengan kemampuan S-3 viking untuk menggotong aneka macam persenjataan yang mencakup rudal Harpoon, torpedo, ranjau, roket, bom biasa serta bom cluster.
Efektifitas S-3 Viking dalam melacak dan menyerang kapal selam akan semakin meningkat jikalau pada setiap operasi, dipadukan dengan kapal permukaan serta aset kekuatan udara lain, misalnya helikopter SH-3, SH-60, ataupun P-3C Orion.
Jumlah awak pesawat yang dibawa Viking sebanyak empat orang. Mereka terdiri dari seorang pilot atau juga dijuluki sebagai Naval Aviator, dua orang Naval Flight Officer (Cotac dan Tacco) dan seorang awak udara Angkatan Laut atau Senso. Senso merupakan satu-satunya awak Viking yang dilengkapi dengan dingklik lontar.
Sebelumnya, seorang senso telah dilatih secara ekstensif semoga sanggup manganalisis hal yang berkaitan dengan gejala akustik. Tugas utama Senso ialah untuk mengkonfigurasikan prosesor data akustik semoga bekerja secara maksimum, serta menganalisis gejala akustik sasaran untuk diklasifikasi, ditentukan lintasan, kecepatan, dan kedalamannya. Ia pula yang bertugas sebagai penerus informasi visual. Contohnya, ialah mengatakan posisi buoy, atau apabila yang dipakai buoy aktif, maka yang diinformasikan ialah jarak serta kecepatan Doppler.
Tacco (Tactical Coordinator) ditugaskan untuk mengkoordinasikan setiap misi menurut parameter-parameter tertentu, yakni berupa kemampuan pesawat, situasi taktis, dan beban kerja serta pengalaman masing-masing awak. Disamping itu, Tacco juga yang mengerjakan kiprah untuk melepaskan buoy serta memilih arah pesawat untuk menuju buoy selanjutnya, atau memilih posisi melepaskan senjata.
Tugas seorang Cotac ialah sebagai kopilot dan membantu Tacco. Karena S-3 pada awalnya dirancang sebagai pesawat yang diawaki dua orang pilot, maka Cotac juga dilengkapi dengan instrument dan sistem kendali penerbangan yang sama dengan pilot. Selama masa pendidikan, Cotac dilatih untuk melaksanakan pengamatan udara, navigasi radar pada ketinggian rendah, pengeboman, serta manuver pertempuran udara.
Lantaran mengmban kiprah sebagai ASW, S-3 mau tak mau harus banyak melaksanakan terbang rendah sembari dikombinasikan dengan operasi-operasi yang terkoordinasi dengan kapal-kapal permukaan, serta dengan pesawat terbang lainnya. Disini, disamping juga membantu pilot dalam mencermati perihal kecepatan dan ketinggian pesawat, Cotac juga menjaga semoga hubungan dengan unit-unit udara lainnya tetap berjalan.
Dalam membantu kiprah Tacco, kiprah yang dilakukan Cotac bergantung pada masing-masing beban kerja mereka. Biasanya, kerja yang ia lakukan ialah menangani sensor-sensor non-akustik serta melakiukan komunikasi taktis.
Diperbaharui
Sejalan dengan pencanangan Program Penyempurnaan Sistem Senjata oleh Naval Air System Command, maka kemampuan istem avionik S-3 Viking versi awal, yakni S-3A, harus ditingkatkan. Dari sini, hasil modifikasi S-3A dinamai S-3B dan terbang pertama kali pada tanggal 13 September 1984.
Modifikasi S-3B dengan memakai piranti avionik gres dimaksudkan untuk meningkatkan:
1. Kapasitas pemrosesan akustik, yaitu dengan digunakannya Proteus AYS-1
2. Kemampuan Electronik Support Measure (ESM), dengan pemasangan IBM AN/ALR-76
3. Pemrosesan radar, dengan pengoperasian Texas Instruments AN/APS-137(V)
4. Sistem akseptor telemetri sonobuoy, dengan pemakaian Hazeltine AN/ARR-78
5. Kemampuan untuk membawa senjata antikapal AGM-84 Harpoon, dengan diinterfacekan dengan Sperry Univac AYK-10A(V)
Modifikasi S-3A yang dilaksanakan di Cecil Field NAS (Naval Air Service) Florida ini, rencananya akan digelarkan di atas 15 kapal induk, dimana skuadron pertama, yang mengoperasikan S-3B, ialah VS-27 pada tanggal 17 Desember 1987.
1. Kapasitas pemrosesan akustik, yaitu dengan digunakannya Proteus AYS-1
2. Kemampuan Electronik Support Measure (ESM), dengan pemasangan IBM AN/ALR-76
3. Pemrosesan radar, dengan pengoperasian Texas Instruments AN/APS-137(V)
4. Sistem akseptor telemetri sonobuoy, dengan pemakaian Hazeltine AN/ARR-78
5. Kemampuan untuk membawa senjata antikapal AGM-84 Harpoon, dengan diinterfacekan dengan Sperry Univac AYK-10A(V)
Modifikasi S-3A yang dilaksanakan di Cecil Field NAS (Naval Air Service) Florida ini, rencananya akan digelarkan di atas 15 kapal induk, dimana skuadron pertama, yang mengoperasikan S-3B, ialah VS-27 pada tanggal 17 Desember 1987.
Versi Viking yang lain ialah US-3A sebagai pesawat utility mendampingi C-2A Greyhound. Versi ini diawaki oleh dua orang dan sanggup mengangkut enam penumpang dan 2.087 kg barang. Sedang versi lain, yakni KS-3A dipakai sebagai pesawat tanker.
Satu lagi versi dari viking ialah ES-3A sebagai pesawat intai elektronik yang dibentuk untuk menggantikan EA-3B Skywarrior buatan pabrik Douglas. Seperti S-3A, ES-3A yang terbang pertama kali bulan Agustus 1989, tetap diawaki oleh empat orang.
Dengan pesawat gres ini memungkinkan AL Amerika untuk melaksanakan pengintaian terhadap lawan yang berada di balik horison. Dan yang dibelanjakan ialah sebesar 500 juta dolar AS guna merombak 16 buah S-34 menjadi ES-3A, dan ditangani oleh sejumlah perusahaan meliputi:
1. Sanders Associates of Nasshua yang bertugas memodifikasi layar peraga dalam kokpit
2. Lockheed Missiles and Space Company yang menerima bab untuk sistem perkabelan dan rak piranti elektronik
3. Lockheed Aeronautical Systems Company yang bertanggungjawab dalam hal instalasi piranti elektronik.
1. Sanders Associates of Nasshua yang bertugas memodifikasi layar peraga dalam kokpit
2. Lockheed Missiles and Space Company yang menerima bab untuk sistem perkabelan dan rak piranti elektronik
3. Lockheed Aeronautical Systems Company yang bertanggungjawab dalam hal instalasi piranti elektronik.
Bentuk luar pesawat ES-3A tampak sedikit “ramai” dengan kiprah gres ini, tak kurang dari 60 macam antena dan kubah berukuran kecil ditancapkan pada tubuh bab luar, baik di atas dan di bawah badan. Lantaran begitu banyaknya tonjolan-tonjolan antena, maka angka tahanan udara (drag) menjadi bertambah, dan Lockheed sendiri juga mendesain kecepatan maksimum ES-3A terbatas sampai 0,75 Mach saja, dibanding dengan 0,79 Mach untuk versi S-3.
Dua ruang daerah penimpanan senjata pada ES-3A juga mengalami sedikit modifikasi, yakni dipindahkan ke bab tengah tubuh yang selama ini dipakai untuk piranti avionik.
Spesifikasi
Jenis : Pesawat Tempur Antikapal Selam
Dimensi
Panjang : 16,30 m,
Tinggi: 6,9 m,
Rentang sayap: 20,9 m
Berat maksimum tinggal landas : 23.831 kg
Mesin :
2 X General Electric TF34-GE-2 trust = 4.210 kg
Performa
Kecepatan maksimum : 834 km/jam,
Radius tempur : 3.706 km,
Ketinggian maksimum:10.550
Persenjataan :
Kru : 4 Orang
Sumber : Majalah Teknologi dan Strategi Militer (TSM)