Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Multirole Propeller Fighter Plane / Pesawat Propeller Multi Tugas Douglas Skyraider


Ciledug, Tangerang, Banten, Jum'at, 10 Agustus 2018


Pesawat ini seolah bisa menembus perubahan jaman, tetap berkibar pada ketika dunia penerbangan (terutama pesawat tempur) sedang dilanda demam mesin jet untuk dapur pacunya. Skyraider tergolong salah satu pesawat militer terbaik di dunia. Didesign pada era Perang Dunia ke II, dan direncanakan akan menggantikan posisi pesawat pembom tukik Douglas Dauntless, pesawat serang yang sangat berpengaruh ini beraksi ketika Perang Korea dan Perang Vietnam. 



Purwarupanya, XBT2D-1 terbang pertama kali pada 19 Maret 1945 dan pada bulan Februari 1946 menjadi AD-1 Skyraider, pesawat bangku tunggal terbesar pada ketika itu. Didesign memakai dapur pacu mesin wright R-3350, Skyraider diciptakan menurut pengalaman bertempur di banyak sekali medan perang sebelumnya. Para perancang berusaha memenuhi impian operator yang menginginkan sebuah pesawat yang handal, yang sanggup menahan serangan dalam batas-batas tertentu dan bisa membawa senjata dalam jumlah yang massif, baik dalam ragamnya maupun kuantitasnya. 



Berdasarkan pada syarat-syarat ini, maka dibuatlah pesawat skyraider dengan konfigurasi ibarat pesawat tempur besar, dan Skyraider bisa membawa senjata dalam jumlah mengagumkan di pylon di bawah sayapnya yang sanggup dilipat.


Setelah pengujian di kapal induk pada awal tahun 1946, Skyraider secara resmi berdinas di VA-19A pada bulan Desember 1946. Produksi terus dilakukan seiring dengan peningkatan kemampuannya, sehingga, sesudah empat tahun dibuat, ada 22 versi yang muncul. Produksinya diteruskan selama 12 tahun dan ketika dilarang pada tahun 1957, sebanyak 3.180 Skyraider telah diproduksi dan diserahkan kepada US Navy.



Perang Korea dianggap sebagai perangnya pesawat jet, tetapi Skyraider yang mempunyai kemampuan durability atau ketahanan terbang berputar-putar selama 10 jam dan membawa senjata dalam kapasitas yang besar, sanggup dikatakan lebih unggul bila dibandingkan dengan pesawat jet tempur waktu itu yang hanya bisa membawa persenjataan dengan jumlah terbatas serta durasi terbang yang singkat. Dan US Navy sangat mengandalkan sekaligus memaksimalkan kemampuan Skyraider ini untuk menunjang operasi atau pertempuran.


Salah satu versi yang muncul ialah AD-2 ditingkatkan kapasitas materi bakarnya termasuk memasang mesin yang lebih kuat, sedangkan AD-3 diperbaiki bentuk kanopinya dan perbaikan pada propeller serta roda pendaratnya. AD-4 bermesin R-3350 dengan kekuatan 2.700hp dan meningkatkan kapasitas angkutnya, AD-4W merupakan versi Airborne Early Warning berawak tiga orang (digunakan oleh Fleet Air Arm), sedangkan AD-5 berawak empat orang dan merupakan versi multi tugas. Skyraider kemudian ditingkatkan lagi kekuatan strukturnya biar sanggup bisa membawa peralatan dan senjata yang lebih banyak, dan Skyraider  AD-5 sanggup lepas landas dengan bobot total 11,35 ton. 


Skyraider  AD-5 sanggup difungsikan juga sebagai pesawat penyelamatan atau pesawat angkut dengan kapasitas angkut mencapai 12 pasukan. Skyraider AD-6 merupakan versi serang yang lebih canggih, sedangkan AD-7 mempunyai mesin dengan kekuatan 3.050hp dengan struktur sayap dan roda pendarat yang telah ditingkatkan kekuatannya.


AD-4N digunakan oleh Armee dl’Air di aljazair dan dipensiunkan pada tahun 1955. Saat Amerika Serikat terlibat dalam perang Vietnam, terbukti bahwa Skyraider sangat cocok untuk kiprah Close Air Support, khususnya bila harus menghadapi sasaran darat yang sulit dihancurkan. Lagi-lagi kemampuan terbang berputar-putar dalam waktu usang dan menahan serangan membuatnya pilihan terbaik kalau harus berperang dalam kondisi ibarat ini. 


Baik USAF, Navy, dan Marine Corps memakai Skyraider di Vietnam termasuk pula Angkatan Udara Vietnam Selatan. Pesawat ini ditugaskan sebagai Forward Air Control (FAC), pengawal helicopter, dan pemberian SAR. Walaupun tidak bertempur di udara (dogfight), Skyraider diperlengkapi dengan empat kanon 20mm di sayap, dan tercatat ada satu pilot Skyraider US Navy yang berhasil menembak jatuh setidaknya dua pesawat tempur jet MIG-17 ketika Perang Vietnam.


Pada tahun 1962, pendaftaran pesawat ini mengalami perubahan, sehingga AD-5 menjadi A-1E, AD-5N menjadi A-1G, sedangkan AD-6 dan AD-7 masing-masing menjadi A-1H dan A-2J.


Sama ibarat Inggris dan Perancis, Skyraider juga diberikan kepada Chad dan digunakan untuk bertempur pada final tahun 1970-an. Skyraider dioperasikan di era ketika pesawat bermesin piston dianggap sudah kuno dan ketinggalan jaman, tetapi kenyataannya, pesawat ini terus bertempur selama lebih dari seperempat abad.



Spesifikasi Pesawat Douglas A-1H (AD-6) Skyraider
Tipe Pesawat : 
Pesawat bomber, Close Air Support, multi peran
Terbang Perdana : 
19 Maret 1945 (Purwarupa XBTD-1)
Kru : 2 Orang

Bobot : 5.433 kg (Kosong), MTOW : 11.530 kg



Dimensi :
Panjang Pesawat: 11,84 m 
Bentangan sayap : 15,25 m
Tinggi : 4,76 m


Persenjataan :
Untuk sasaran darat 
2 x 2 kanon 20mm, banyak sekali persenjataan & bom hingga dengan 3.632kg
Mesin : 
1 X Wright 2.700hp R-3350-26WA radial piston engine.

Performa : 
Kecepatan maksimum : 518 km/jam
Kecepatan patroli : - km/jam


Ketinggian maksimum : 8.692 m
Ketahanan terbang dalam patrol: 10 jam
Jarak maksimum : 2.216 km
Kecepatan menanjak : 870m/menit

Sumber : 
PEMBOM, Ensiklopedi Dunia
Francis Crosby (Imperial War Museum Duxford)