Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Heavy Sniper Rifle/Senapan Runduk Berat Steyr Hs.50



Kemayoran, Jakarta, Selasa, 25 September 2018

Kembali pada artikel perihal persenjataan, yang kebagian jatah untuk diulas kali ini adalah Heavy Sniper Rifle/Senapan Runduk Berat yang punya nama Steyr HS.50.

Secara umum sanggup disimpulkan, tidak ada yang istimewa dari Heavy Sniper Rifle/Senapan Runduk Berat Steyr HS.50. senapan runduk caliber .50 ini tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan RAI 500 yang dibuat pada periode 1980-an. Sistem penembakannya sama-sama menerapkan sistem bolt action, single shot (sistem kokang dan tembakan tunggal), tanpa magasen, sehingga penembak niscaya kerepotan lantaran harus mengisi ulang peluru secara konvensional setiap kali akhir menembak. 



Jika ada fitur unggulan pada senjata ini, keunggulan itu terletak pada laras HS.50 yang dibuat dengan teknologi cold, hammer forged yang memang menjadi ciri khas dari pabrikan senjata asal Eropa. 


Hasilnya, akurasi senjata ini dijamin tetap konsisten dari satu tembakan ke tembakan berikutnya. Yang membuat senapan ini menjadi sorotan dunia international yakni ketika Steyr Mannlicher, atas persetujuan kanselor Austria Wolfgang Schussel, menjual 800 pucuk senapan ini ke Iran pada tahun 2004. Iran menyatakan senapan ini akan dipakai untuk menumpas penyelundup obat bius dan senjata yang masuk ke negaranya. 


Namun, klaim ini tentu saja tidak dipercaya oleh Amerika Serikat dan negara negara sekutunya. Heavy Sniper Rifle/Senapan Runduk Berat Steyr HS.50 malah kembali menghiasi headline banyak surat kabar di dunia ketika harian Inggris Daily Telegraph melansir isu bahwa 100 pucuk senapan runduk ini berhasil ditemukan dalam operasi pencucian di Irak. Berita ini diperparah lagi dengan kabar, bahwa seorang perwira Amerika Serikat terbunuh tanggapan tembakan HS.50 ketika sedang berada dalam kendaraan Humvee, hanya 45 hari semenjak pengiriman pertama HS.50 datang di Iran. Akibatnya, Amerika Serikat murka besar dan memasang status embargo pada produk buatan pabrikan Steyr.




Catatan Tambahan:

Hammer Forged Rifling

Metoda pembentukan laras ini dikembangkan pada perang dunia ke-II. Waktu itu metoda pembentukan alur ini dikembangkan di Jerman pada tahun 1939. Metoda ini kemudian menyebar ke daratan Eropa dan ketika ini beberapa perusahaan masih mempergunakannya menyerupai BSA, Steyr, dan Feinwerkbau.

Hasil laras yang memakai metoda ini dikatakan sangat kuat. Ceritanya sebelum PD II, Jerman berhasil membuat senapan mesin yang sanggup memuntahkan lebih dari 1,200 peluru per menit. Dengan kecepatan dan panas yang begitu hebat, senapan ini membutuhkan penggantian laras yang sangat sering. Akibatnya mereka membutuhkan metoda produksi laras lain yang cepat namun berpengaruh sehingga tidak perlu terlalu sering melaksanakan penggantian laras. Dari sanalah metoda hammer forged rifling ditemukan. Mesin hammer forged rifling diciptakan pertama kali di Erfurt, Jerman tahun 1939.

Proses ini memakai silinder yang lebih pendek 30% dan berdiameter 20% lebih besar dari ukuran yang dikehendaki. Suatu mandrel yang terbuat dari carbide, yang merupakan cetak negatif dari alur, kemudian dimasukkan ke dalam silinder blank. Kemudian palu bertenaga hidraulik memukul-mukul permukaan luar silinder sedikit demi sedikit. Sementara tanggapan tempaan tersebut, logam silinder mengalami perubahan bentuk untuk kemudian membentuk alur sesuai cetakan mandrel. Silinder bersama mandrel kemudian diputar dan didorong perlahan oleh batang pengarah. Tempaan palu hidraulik ini akan terjadi 1,000 hingga 1,500 kali per menit. Jumlah waktu yang diharapkan untuk membentuk laras relatif singkat, yaitu antara 3 hingga 4 menit.

Laras yang dihasilkan dari proses ini akan berukuran lebih panjang 30% dan lebih sempit. Sebagai hasil tempaan, permukaan luar laras akan berbentuk cekungan-cekungan kecil yang terlihat menyerupai sisik ular. Permukaan luar ini sanggup dirapikan kembali menjadi mulus atau sanggup juga dibiarkan saja sebagai penanda proses produksi yang bergengsi ini, tergantung dari produsen laras.

Seperti halnya proses cold forming yang melibatkan banyak tekanan, logam laras akan mengalami stress metal dan menghipnotis daya tahannya. Oleh karenanya, proses ini membutuhkan stress relief menyerupai halnya pada proses button rifling.

Keunggulan proses ini yakni keseragaman hasil yang diperoleh dan peningkatan kekerasan logam tanggapan proses penempaan. Melalui proses ini, produsen juga sanggup membuat profil laras melalui satu tahap saja. Laras polygon juga dibuat melalui proses ini.


Tentu saja ada kelemahan dalam metoda ini yaitu: biaya awal yang dibutuhkan untuk mengadakan alat hammer ini. Itulah sebabnya alat ini hanya tersedia pada perusahaan yang besar. Kelemahan yang lain telah disinggung yaitu menimbulkan stress pada logam.



Spesifikasi Heavy Sniper Rifle/Senapan Runduk Berat Steyr HS.50

Asal : Austria
Tahun : 1985
Kaliber : .50 BMG (12.7mm)/.460 Steyr
Sistem operasi : Bolt Action, single shot
Panjang keseluruhan  :  - mm 
Panjang Laras : 833 mm
Bobot kosong : 12,90 kg 
Vo meninggalkan laras : - m/s
Jarak tembak efektif : 1.500 m
Tingkat Akurasi : 1.5 MOA
Kapasitas magasen : - peluru
Harga : 4.831 US$



Sumber : 
1. COMMANDO-War Machine series, 
.50 CAL – LONG RANGE SNIPER RIFLE (“That Goes The Distance)

2. www.satularas.blogspot.com