Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

The Hidden Dungeon Only I Can Enter Bahasa Indonesia Chapter 2 Volume 5

Chapter 2 Pria Bernama Iesu

Ore dake Irerukakushi Dungeon

Penerjemah :
Editor :


PRIA berambut abu-abu itu membuntuti satria pedang itu keluar dari alun-alun, dan saya dengan hati-hati mengikuti mereka berdua. Bisa jadi orang itu yakni orang yang saya cari.

Pendekar pedang itu menuju ke area komersial yang kumuh. Aku beranggapan ia akan pergi ke bar, namun ia berbelok ke gang sempit, dan lelaki berambut pucat yang lain mengikuti. Aku berbelok di tikungan untuk menyaksikan mereka berdua saling berhadapan dan dengan segera menyembunyikan diriku di balik bayangan. Aku nyaris tidak dapat menangkap percakapan mereka. Pria berambut pucat meminta satria pedang untuk melaksanakan sesuatu, dan satria pedang itu dengan keras menolaknya. Dari kelihatannya, satria pedang itu tahu bahwa ia sudah dibarengi dan sudah mendapatkan kemungkinan untuk bertarung.

Jika kelihatannya saya berisiko terseret ke dalamnya, saya mesti lari. Namun tidak beberapa di saat kemudian, lelaki berambut pucat itu justru berbalik dan berjalan keluar gang seolah tidak terjadi apa-apa. Lebih mengagetkan lagi, satria pedang itu berbalik untuk mengikuti dengan tatapan kosong di matanya.

Apa yang sedang terjadi disini? Pendekar pedang itu terlalu murka untuk mengalah begitu cepat. Aku mesti lebih dekat. Aku perlu mencari tahu apa yang terjadi.

Pertama, saya memakai Discerning Eye saya pada satria pedang. Dia kuat, seumpama yang saya duga, namun ia tak punya skill yang menonjol. Rupanya, ia dipekerjakan oleh suatu toko umum. Makara pertanyaan bahwasanya adalah: Siapa lelaki lain itu?

Nama: Iesu Michalder

Usia: 25

Spesies: Manusia

Tingkat: 102

Pekerjaan: Tukang Daging; Revolusioner

Skill: Mencuci Otak; tanpa hambatan

Oh, ini niscaya orang yang tepat! Maksud aku, Kamu tidak dapat lebih curiga ketimbang "revolusioner", dan saya cukup percaya bahwa membunuh seorang raja akan dijumlah selaku revolusi. Meski begitu, saya mulai berpikir Gyro sedikit tiran. Apakah itu sungguh-sungguh hal yang jelek jikalau ia mati?

Bagaimanapun, lelaki berambut pucat itu niscaya kuat. Levelku lebih tinggi darinya, tetapi ia sungguh mempunyai efek untuk seseorang yang tak punya keahlian khususku. Selain itu, tidak seumpama orang dengan level tertinggi yang senantiasa menang. Jika itu benar, saya akan mati seratus kali lipat di ruang bawah tanah yang tersembunyi.

Namun, hal yang paling angker wacana Iesu yakni keahliannya. Setelah apa yang saya lihat terjadi pada satria pedang, saya sudah mengantisipasi sesuatu seumpama Cuci Otak. Aku sedang memakai Editor untuk menyaksikan skill Uninhibited miliknya di saat ia tiba-tiba berbalik menghadapku.

Jantungku melompat ke tenggorokanku, dan saya tergesa-gesa menyelinap ke suatu gang. Untungnya, itu membuka ke jalan yang sibuk, jadi saya tidak berpikir ia menyaksikan aku. Bagaimanapun, lebih baik aman, jadi saya berpura-pura menjadi warga sipil biasa dan berjalan ke penginapan terdekat. Aku tidak akan bisa memakai Great Sage secara berlebihan, tetapi saya senantiasa bisa memintanya untuk mendapatkan Iesu lagi. Saat ini, lebih penting untuk melindungi identitasku.

Aku menanti di dalam pintu penginapan selama beberapa saat, tetapi baik Iesu maupun satria pedang itu kelihatannya tidak mengikutiku. Aku menghela napas lega. Aku pikir saya niscaya sudah mati. Aku yakni seorang pengecut, dan tidak ada yang lebih angker ketimbang musuh yang tidak saya pahami sama sekali. Tidak peduli seberapa mempunyai efek yang saya dapatkan atau berapa banyak skill yang saya kumpulkan, saya tidak berpikir itu akan pernah berubah.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya seorang gadis. "Kamu terlihat seumpama gres saja menyaksikan naga."

Dia menatapku, jadi kurasa wajahku niscaya terlihat sungguh bodoh. Dia lebih tinggi dariku dan cantik, dengan bintik-bintik dan rambut merah yang menjadikannya menonjol dari semua orang di ruangan itu.

"Oh, saya baik-baik saja," kataku. “Aku ingin kamar untuk malam ini.”

"Yah, secara teknis kami mempunyai beberapa lowongan, tetapi saya tidak begitu percaya kau akan tidur terlalu nyenyak malam ini."

Rupanya ada semacam konferensi yang terjadi di ruang makan lantai pertama

malam ini.

“Untuk apa?” Aku bertanya.

Gadis itu terlihat kaget. “Ini yakni pesta berburu Fangs of Wrath, dan beberapa dari mereka menjadi sungguh nakal. Mungkin menciptakan susah untuk tidur, saya khawatir. ”

"Aku tidak keberatan," kataku. “Sebenarnya, saya agak ingin tau dengan mereka. Aku gres di kota. Mengenal beberapa orang yang memukau dan berbahaya terdengar menyenangkan.”

Jika saya bisa memukau jalanku ke pesta, mungkin saya bisa mendapatkan sesuatu yang memukau wacana Iesu, tetapi wajah gadis itu malah menjadi gelap. Aku pikir ia akan memberitahu saya untuk tersesat, namun pada di saat berikutnya, ia tersenyum dan menjinjing saya ke kamarku.

"Ngomong-ngomong, namaku Nina," katanya. "Senang berjumpa denganmu."

Aku membalas basa-basi dan menurunkan tas saya di kamar. Di sana, saya mengambil sedikit napas, kemudian turun untuk makan malam. Penginapan itu terlihat lebih seumpama toko ibu-dan-pop kecil, namun makanannya ternyata sungguh lezat. Sambil makan, saya mempertimbangkan bagaimana menghadapi konferensi golongan malam ini.

Pertama, saya menghabiskan 300 LP untuk mendapatkan skill Tail, yang hendak mempersulit semua orang yang saya ikuti untuk memperhatikan aku. Sekarang saya tahu secara intuitif seberapa bersahabat saya bisa mendapatkan tanpa terlihat, walaupun itu tidak sungguh mudah. Aku masih mesti berhati-hati, dan saya perlu mencari cara untuk secepatnya mendapatkan lebih banyak LP.

Aku mempunyai sekitar 2.000 LP tersisa, yang terdengar seumpama banyak teori, namun saya ragu itu akan cukup. Idealnya, saya mempunyai setidaknya lima atau sepuluh ribu sebelum menghadapi Iesu, namun tanpa Emma dan yang lain di sekeliling untuk menolong saya mendapatkannya, itu akan menjadi rumit.

Yah, saya punya sedikit waktu sebelum pesta berburu, jadi saya tentukan untuk menjelajahi kota sedikit. Sekarang sudah gelap, dan entah bagaimana distrik lampu merah sudah timbul di tengah kota, kelihatannya entah dari mana. Saat saya berjalan melewatinya, salah satu perempuan muda mengundang aku.

“Oh, bukankah kita lucu. Mencari kesenangan, honeybun?”

“Kesenangan macam apa yang kau jual?” Aku bertanya.

“Variasi tarian yang eksotis. Aku akan memberi Kamu dingklik barisan depan — suguhan aku. ”

Jadi jenis tarian eksotis yang seksi, bukan? Itu akan baik-baik saja, bukan? Itu tidak akan melalui batas, dan kesucianku akan terpelihara, jadi saya mengikuti perempuan itu masuk. Aku tetap berjaga-jaga untuk melindungi kepolosanku, namun menurut Discerning Eye, ia tak punya skill yang perlu kukhawatirkan, paling sedikit.

Ada beberapa meja besar di dalamnya, namun sebagian besar konsumen berdiri—berkerumun di sekeliling para penari di atas panggung. Lampu sorot magis tergantung di langit-langit, menyoroti busana minim para penari di saat mereka berombak-ombak, membuka dan menutup kaki mereka secara provokatif.

“Ayo, sayang.”

Gadis dari luar menjangkau lenganku dan membawaku ke barisan depan. Suasana di sini begitu tebal sehingga susah untuk menertibkan napas.

“Ini pertama kalinya anak ini berada di tempat seumpama ini,” katanya terhadap beberapa penari lainnya. "Jadi perlakukan ia dengan sungguh baik, oke?"

"Tunggu," kataku. "Apa?"

Tapi sebelum saya sempat berdebat, para penari memukau saya ke atas panggung dan mengelilingi aku. Ada lima atau enam dari mereka, menekan di setiap segi dan menjamah seluruh tubuhku. Wanita dari luar bahkan menjangkau tanganku dan mulai menggerakkannya ke tubuh mereka juga!

Penonton berteriak dan membuncah lantaran iri, tetapi para penari kelihatannya tidak peduli. Hampir sepuluh menit kemudian saya hasilnya kembali ke penonton, merasa seumpama barang bekas tetapi 500 LP lebih baik.

"Sentuh saya juga!" teriak salah satu lelaki lainnya.

Tiba-tiba, seluruh tempat terasa menakutkan. Namun, para penari sedang istirahat sekarang. Untuk sesaat, saya tidak tahu mengapa mereka masih di sini dan tidak di kamar ganti mereka. Mereka terlihat seumpama sedang menanti sesuatu. Setelah sedetik, saya menyadari apa itu: sejumlah besar uang. Para lelaki mengerumuni perempuan yang membawaku masuk, mengambil duit tunai dari saku mereka dan menegosiasikan harga.

Salah satu penari menyaksikan saya dari atas ke bawah.

"Aku akan membiarkan anak itu mempunyai saya dengan tarif 1 persen," katanya.

Kurasa ia menyukaiku. Untuk tarif itu, mungkin juga gratis.

"Apa yang kau katakan?" tanya perempuan yang membawaku masuk. "Aku bisa mencarikanmu tempat yang murah untuk bermalam."

"Oh, tidak, saya tidak tertarik dengan itu."

"Betulkah?"

“Aku ingin pengalaman pertama saya menjadi istimewa!” kataku tegas. "Selamat tinggal!"

Sebelum mereka sempat berdebat, saya berlari kembali ke jalan di mana rasa aib secepatnya menghantamku seumpama naga yang sedang menginjak-injak. Aku ingin merangkak di bawah watu dan mati. Mengingat saya sudah pergi ke sana sejak awal, klaim bahwa saya sama sekali tidak terpengaruhi akan susah untuk dicermati. Lebih jelek lagi, setiap upaya yang saya kerjakan untuk bersikap damai sudah gagal total. Aku lemah di lutut!

Bagaimanapun, kota itu agak angker di malam hari, jadi saya bergegas kembali ke penginapan. Ketika saya berbelok di tikungan, saya menyaksikan sekelompok lelaki kekar sudah menuju ke dalam. Mereka niscaya pesta berburu.

Aku menuju ke lantai pertama dan mendapatkan Nina menungguku dengan tangan di pinggul. Dia terlihat mengintimidasi, dan suasananya sungguh-sungguh berlainan dari di saat saya pertama kali berjalan sore itu. Setelah saya melangkah masuk, Nina menutup pintu di belakangku dan menguncinya. Mereka sungguh-sungguh tak mau ada yang mendengar apa yang hendak mereka diskusikan.

“Senang menyaksikan semua orang di sini,” kata Nina. “Noir juga akan bergabung dengan kita malam ini.”

"Aku belum pernah menyaksikan lelaki itu sebelumnya," kata salah satu pria. "Siapa dia?"

Dia mempunyai mata yang tajam, dan ia memandang eksklusif ke arahku. Nada mengancam dalam suaranya juga membuatku khawatir. Maksud aku, saya dikurung di suatu ruangan dengan tiga puluh orang dan, dari apa yang dapat saya kumpulkan dengan Mata Pandai aku, mereka semua cukup kuat.

“Sebagian besar orang di sini sudah dianiaya oleh Iesu dan Taring Kemarahan,” Nina menjelaskan, mengabaikan ganjalan lelaki itu. “Jadi kami berjumpa sesekali untuk bertukar keterangan wacana dia.”

Bagiku, itu memiliki arti Iesu mungkin tahu wacana konferensi mereka juga. Tidak heran mereka curiga.

Hampir sempurna pada waktunya, yang paling besar dan paling berani dari golongan itu mendekati saya dan menciptakan saya terkunci. "Bagaimana kami tahu Kamu bukan mata-mata?"

"Sekarang, sekarang," kata Nina. “Tidak perlu kekerasan.”

"Apa lagi yang Kamu sarankan untuk kita lakukan?" lelaki itu bertanya.

“Suruh Poporozzi menanyainya.”

Saat lelaki berotot itu melepaskanku, seorang lelaki kurus bertopi tinggi melangkah maju dan merencanakan dua kursi. Dia duduk di salah satu dari mereka dan memberi isyarat agar saya duduk di yang lain. Aku tidak punya banyak opsi selain melaksanakan apa yang ia katakan, tetapi saya memakai Discerning Eye padanya di saat saya mematuhinya.

Nama: Poporozzi Chirozzi

Usia: 38

Spesies: Manusia

Tingkat: 12

Pekerjaan: Pendongeng; pembicara

Keahlian: Detektor Kebohongan

Aku belum pernah menyaksikan skill khusus itu sebelumnya, namun saya rasa itu menjelaskannya. Aku mesti waspada dengan apa yang saya katakan sekarang. Jika saya menjajal untuk memperluas kebenaran, orang ini akan menyaksikan menembus aku.

"Apakah kau mempunyai hubungan dengan Iesu?" Dia bertanya.

“Aku belum pernah berjumpa dengannya secara langsung,” kataku. "Tapi saya memang melihatnya lebih permulaan hari ini."

Aku pikir itu yang terbaik untuk menjadi dimuka wacana hal itu. Lagi pula, bahkan jikalau bukan lantaran pendeteksi kebohongan insan di sini, orang-orang ini yakni musuh Iesu. Jika saya bisa berteman dengan mereka, mungkin saya akan mendapatkan beberapa keterangan yang berguna.

Either way, respon saya menyebabkan cukup kegemparan. Rupanya, saya yakni satu-satunya orang yang sungguh-sungguh menyaksikan wajah Iesu. Aku memberi mereka deskripsi fisik kasar dan menerangkan skill uniknya, namun tidak satupun dari mereka yang pernah mendengar wacana skill Tanpa Batas itu juga. Sepertinya itu

sangat langka. Pasti ada semacam klarifikasi di sana.

Begitu mereka percaya saya tidak berbohong, rombongan berburu menyambut aku. Mereka semua punya argumentasi tersendiri untuk tidak suka Iesu dan Taring. Beberapa sudah dirampok, yang lain terluka dalam insiden yang disebabkan oleh Iesu.

“Kami menyebut diri kami Perisai Kebenaran,” kata Nina. “Dan saya pemimpin mereka. Maaf lantaran tidak menyampaikan sesuatu lebih awal, Noir. ”

Dia tidak jauh lebih bau tanah dariku, tetapi ia sukses mendapatkan keyakinan dari semua orang di sini. Terus terang, saya terkesan.

"Kamu seharusnya hati-hati, Noir," salah satu lelaki memperingatkan. "Dia menjelma ogre di saat ia marah."

"Apa maksudmu, 'berubah menjadi'?" yang lain bertanya. “Tidak bisa menjelma sesuatu yang sudah ada!”

"Dan ia mempunyai pikiran seseorang yang usianya lebih dari dua kali lipat," tambah yang ketiga.

“Kurasa saya mesti banyak bicara denganmu sehabis konferensi ini,” kata Nina tajam.

Segera, lawakan itu berhenti dan ruangan menjadi sunyi. Mereka sungguh-sungguh tidak bercanda wacana tak mau menjadikannya kesal!

Secara keseluruhan, mereka yakni golongan yang mengesankan, dan mereka mempunyai beberapa keterangan yang patut wacana Taring. Jauh lebih banyak ketimbang yang saya dapatkan dari orang-orang raja, setidaknya! Menurut orang-orang ini, Taring mempunyai banyak buronan di barisan mereka, dan mereka semua sungguh-sungguh mengabdi pada Iesu. Bahkan jikalau mereka ditangkap dan disiksa, mereka akan menggigit pengecap mereka atau bunuh diri sebelum mereka menampilkan apa pun.

“Aku senantiasa berpikir Iesu mempunyai semacam kesanggupan khusus,” kata Nina. “Jika apa yang dibilang Noir benar, seluruhnya masuk akal. Aku ingin tahu apakah ada yang dapat kita kerjakan atau pakai untuk melindungi diri kita dari Pencucian Otaknya.”

Poporozzi mempunyai wawasan yang luas wacana aneka macam skill dan kemampuan, jadi ia secepatnya melangkah maju untuk menerangkan imbas dari Cuci Otak. Rupanya, di saat skill itu dikerahkan, target menjadi terpesona oleh bunyi pengguna. Kontak mata dan fisik mempercepat hasil. Skill itu sering tidak efektif melawan seseorang

dari tingkat yang jauh lebih tinggi ketimbang pengguna, namun pada hasilnya lebih bergantung pada abjad individu dan suasana spesifik. Jika Kamu berkemauan lemah atau gampang terombang-ambing, Kamu berada dalam masalah.

Tunggu, apa saya gres saja mendeskripsikan diriku sendiri?!

Untungnya, ada skill yang dapat melawannya. Kekebalan Efek Status Abnormal Tingkat Tinggi yakni pertahanan yang efektif, dan bahkan Kekebalan Efek Status Mental Kelas-C menciptakan Cuci Otak lebih susah untuk bekerja. Aku menyidik dan mendapatkan itu cuma akan menghabiskan ongkos 400 LP, jadi itu tidak perlu dipikirkan lagi. Levelku sedikit lebih tinggi dari Iesu, jadi saya mungkin akan baik-baik saja, tetapi lebih baik kondusif ketimbang menyesal.

Terlepas dari pengetahuannya yang mendalam wacana skill, bahkan Poporozzi tidak tahu apa-apa wacana Tanpa Batas. Aku kira saya cuma perlu menyelidikinya sendiri di saat selanjutnya saya berjumpa Iesu.

Untuk di saat ini, saya tentukan itu akan menjadi inspirasi yang bagus untuk belakang layar menyelediki semua orang di Shields of Righteousness. Pada akhirnya, tidak satupun dari mereka yang hebat kuat, walaupun mereka semua di atas rata-rata. Satu hal yang mengagetkan saya yakni bahwa pemimpin mereka yakni yang terlemah dari mereka semua.

Nama : Nina Able

Usia: 18

Spesies: Manusia-Ogre

Pekerjaan: Karyawan Penginapan

Skill: Transformasi Ogre

Aneh bahwa posisinya selaku pemimpin golongan tidak terdaftar di bawah pekerjaannya. Mungkin itu lantaran itu bukan sesuatu yang ia untungkan. Yang lebih ingin tau yakni spesiesnya. Apakah ia insan dan ogre? Dilihat dari keahliannya, ia setidaknya bisa menjelma satu. Aku memakai Editor untuk menyelidikinya lebih lanjut, dan ya, memang begitulah adanya. Orang-orang itu tidak bercanda di saat mereka menyampaikan ia menjelma ogre di saat ia marah. Transformasi secara drastis mengembangkan kesanggupan tempurnya juga.

Aku sudah menimba ilmu di sekolah betapa kuatnya ogre; bahkan bawah umur mereka bisa mengalahkan

petualang manusia. Aku tak mau mempertimbangkan betapa mengerikannya Nina jikalau ia berubah. Aku mesti berupaya lebih keras dari biasanya untuk bergaul dengannya!

***

Hal selanjutnya dalam daftar kiprah saya yakni mendapatkan lebih banyak LP selaku persiapan untuk melawan Iesu. Dengan mengingat hal itu, saya menghabiskan hari selanjutnya mencari kedai makanan yang menghidangkan kuliner yang tidak biasa, dan pada malam hari saya menuju ke beberapa tempat penjinak di distrik lampu merah.

Aku punya banyak uang, jadi ini kelihatannya cara terbaik untuk melakukannya, namun saya masih merasa sedikit aneh. Aku memang memerlukan LP, jadi saya tidak punya pilihan.

Hal lain yang perlu saya kerjakan yakni mencari tahu aktivitas rutin Iesu tanpa menyebabkan kecurigaan. Aku mengawali dengan mengidentifikasi lokasinya di sekarang ini dengan Great Sage. Tanpa Emma, saya mesti waspada dengan seberapa banyak saya menggunakannya, namun kali ini, itu terbayar.

Iesu mempunyai toko daging kecil di perbatasan antara distrik komersial dan kawasan aristokrat. Tidak perlu waktu usang bagiku untuk mendapatkan tempat terdekat untuk bersembunyi dan mengamatinya. Aku bisa melihatnya lewat jendela tokonya, mengenakan celemek dan berinteraksi dengan hangat dengan pelanggannya. Dia nyaris tidak terlihat seumpama orang yang serupa yang kutemui kemarin. Bahkan ekspresinya berbeda, dan tokonya terlihat berkembang.

"Pindahkan!"

Saat saya melihat, tiga tentara memaksa masuk ke barisan. Dari penampilan baju besi mereka, mereka yakni penjaga kastil. Saat mereka mendorong jalan mereka ke garis depan, orang-orang di sekeliling mereka bergumam dan saling melirik, namun ini cuma menciptakan para serdadu kian marah.

"Apa yang kalian semua lihat?" salah satu dari mereka menuntut. “Menurutmu siapa yang mempertahankan kota ini tetap aman? Dan begini caramu membalas budi kami?! Jawab aku, bajingan lemah!”

Wow…

Bagaimana bisa ada orang yang begitu jauh dari pantat mereka sendiri? Bahkan aristokrat terburuk yang pernah saya jumpai mempunyai sisa kemanusiaan. Lebih jelek lagi, penduduk kota terlihat sudah biasa dengan perlakuan seperti ini dan dengan patuh menyingkir.

“Hei, Michael. Beri saya yang biasa.”

"Ya pak…"

Iesu mengemasi wadah berisi daging dan menyerahkannya. Sepertinya banyak, namun para serdadu cuma memberinya sedikit selaku imbalan.

“Ini nyaris setengah dari biaya…” kata Iesu.

"Kalau begitu berikan padaku dengan setengah harga."

"Aku tidak dapat bertahan seumpama ini!"

Keluhan Iesu kelihatannya dibenarkan bagiku tetapi, luar biasa, para tentara merespon dengan menyeretnya keluar dari tokonya dan memukulinya hingga babak belur. Kerumunan terbentuk di sekeliling mereka, namun tidak ada yang melangkah untuk membantu.

Aku sama bersalahnya dengan mereka, memantau dari jarak yang aman.

Terlepas dari kemampuannya yang kuat, Iesu tidak melawan. Berpura-pura lemah untuk melindungi identitasnya, ya?

“Bukankah ini sedikit ekstrim?” Aku bergumam.

Pria bau tanah di sampingku menggelengkan kepalanya. "Mereka senantiasa melaksanakan hal semacam ini," katanya. “Sepertinya kau tidak berasal dari sekitar sini. Kamu seorang musafir?”

"Aku," kataku. "Apakah semua serdadu di kota seumpama ini?"

“Memang benar, namun raja dan aristokrat tidak lebih baik. Dan para serdadu yang melayani raja berpikir mereka kebal hukum.”

Aku mendorongnya untuk terus berbicara, dan saya secepatnya mengenali bahwa kota itu kurang lebih berada di bawah kekuasaan otoriter. Rupanya, di saat Gyro naik takhta, ia mengoptimalkan pajak secara agresif, mendorong sejumlah besar rakyatnya ke dalam kemiskinan.

Aku mempertimbangkan bagaimana ia memperlakukan saya dan teman-teman aku, bahkan di saat kami dipanggil ke istana selaku tamu terhormat atas pelayanan kami terhadap kerajaan. Aku tidak sanggup membayangkan betapa lebih buruknya bagi rakyat jelata yang tinggal di sini. Kebanyakan orang di kota kelihatannya berpikir bahwa Gyro akan tercatat dalam sejarah selaku badut terhebat yang pernah ada

naik takhta, dan saya tidak dapat menyampaikan saya tidak setuju dengan mereka.

"Michalder yang malang," kata lelaki bau tanah itu. “Dia juga kehilangan kerabat perempuannya lantaran permainan para bangsawan.”

Apakah game-game ini yang pernah saya dengar sebelumnya?

"Permainan?" Aku bertanya.

Tapi lelaki bau tanah itu cuma menggelengkan kepalanya. “Aku tidak dapat menyampaikan lebih dari itu, dan kau juga dihentikan menanyakannya. Kamu seorang turis. Nikmati kota—dan pergi.”

Dengan perayaan hambar yang menimpaku, lelaki bau tanah itu pergi. Sepertinya para serdadu nyaris selesai menyerang Iesu, dan kerumunan menipis. Beberapa orang tetap tinggal untuk merawat luka-lukanya, dan untuk sesaat, saya mencicipi sedikit simpati untuknya.

Tidak. Orang ini yakni musuhku. Aku perlu mengingat itu.

Aku meninggalkan kawasan itu dan menuju pub terdekat untuk menghimpun lebih banyak informasi. Itu sarat sesak dengan orang-orang yang sedang makan siang, dan saya menuju ke sekelompok petualang paruh baya.

“Kamu tidak akan kebetulan mengenal orang yang terlatih dengan kondisi kota di saat ini, kan?” Aku bertanya.

Mereka menatapku ragu. Setelah beberapa saat, salah satu dari mereka menjawab.

"Aku bersedia. Mengapa Kamu mengharapkan mereka?”

“Aku gres di sini, dan saya perlu mengajukan beberapa pertanyaan. Jika saya memberi Kamu ini, bisakah Kamu mengarahkan saya ke arah yang benar? Beri tahu saya siapa yang mesti saya tanyakan?”

Aku menyerahkan cukup untuk beberapa minuman murah, dan lelaki itu mengangguk, menyentakkan dagunya ke arah pemilik pub.

"Dia tahu segalanya," katanya. "Dia dahulu berada di tubuh intelijen kerajaan, tetapi ia berhenti untuk menjalankan tempat ini."

"Terima kasih banyak."

Aku ingin secepatnya mendekati pemiliknya, namun tempat itu masih sungguh sibuk sehingga saya tentukan untuk menunggu. Ada kemungkinan besar ia tidak akan berterima kasih padaku alasannya yakni sudah mengganggunya

selama layanan makan siang.

Akhirnya, saya menanti nyaris satu jam—sampai dingklik mulai kosong dan semua orang pergi. Aku mendekati pemiliknya dengan hati-hati. Dia yakni lelaki yang terlihat muram berusia final empat puluhan dengan janggut dan rambut disisir ke belakang.

"Aku punya beberapa pertanyaan untukmu," kataku. “Apakah Kamu tahu sesuatu wacana kerabat perempuan Michael? Aku siap mengeluarkan duit apa pun yang dapat Kamu katakan kepadaku. ”

Pada akhirnya, ia cukup cepat untuk menyetujuinya. Yang sungguh-sungguh ingin saya pahami yakni “permainan” yang dimainkan para aristokrat ini. Salah satu yang menyebabkan maut kerabat perempuan Iesu. Pemiliknya mengangguk dan membawaku ke pecahan belakang toko. Sepertinya ini bukan sesuatu yang ingin ia bicarakan di depan umum.

Kami berhenti di bersahabat tong sampah dan ia menyalakan cerutu. Bukankah itu sedikit berbahaya? Maksudku, ia bisa menyalakan api! Tapi ia cuma meminta bayaran sebesar kira-kira berapa ongkos yang mesti saya keluarkan untuk bermalam di penginapan yang layak. Cukup adil.

“Jadi ada yang mereka sebut Noble Fight Club,” jelasnya. “Di sana, para aristokrat dan aristokrat berperang dengan 'hewan peliharaan' mereka. Pemenangnya mendapatkan semacam hadiah. Jika Kamu tajam, Kamu mungkin sudah mengerti ini, namun 'hewan peliharaan' mereka yakni manusia. ”

Lebih khusus lagi, mereka yakni orang biasa tanpa skill bertarung apa pun—kebanyakan wanita, orang tua, dan anak-anak. Mereka cuma menciptakan pengecualian untuk lelaki yang lebih muda jikalau mereka sakit parah. Orang-orang ini dipaksa untuk bertengkar dan membunuh satu sama lain selama peristiwa, yang terjadi dua kali setahun.

Aku tidak percaya dengan apa yang saya dengar. "Itu sungguh buruk."

“Dulu saya juga mencicipi hal yang sama,” kata lelaki itu. “Tapi sehabis beberapa saat, kau menjadi mati rasa untuk hal semacam itu. Ini cuma bagaimana keadaannya. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup yakni dengan melindungi ekormu sendiri.”

Aku terdiam. Itu tidak mungkin jawabannya. Aku lebih baik mati ketimbang hidup seumpama itu—daripada menyaksikan seseorang yang kucintai diseret untuk bertarung dan mati dalam permainan kurang pandai tanpa mengangkat satu jari pun untuk menolong mereka. Tiba-tiba, saya tidak perlu melakukan pekerjaan terlalu keras untuk membayangkan apa yang terjadi pada adik perempuan Iesu.

"Jadi Michalder tidak menjajal menyelamatkannya?"

“Apa yang hendak ia lakukan? Dia gres saja diambil. Para penjaga melakukannya. Itu sebabnya saya tidak melakukan pekerjaan untuk mereka lagi.”

Hanya ada satu pemenang di Noble Fight Club dan, jikalau mereka beruntung, mereka akan diasingkan dari kerajaan. Jika mereka tidak beruntung, mereka akan dijadikan budak. Dan yang kalah, pasti saja, sudah usang mati di saat itu. Biasanya, jenazah mereka dibuang di luar tembok kota.

Seluruh eksistensi game ini dimaksudkan untuk dirahasiakan, namun para aristokrat sungguh lalai wacana hal itu sehingga sebagian besar penduduk tahu. Yang bisa kupikirkan hanyalah... bagaimana jikalau seseorang mengambil adikku seumpama itu? Bagaimana jikalau seseorang memakai Alice selaku binatang peliharaan mereka?

“Bagaimana dengan keadilan?” Aku tersedak.

Pemilik mengangkat bahu. “Tidak ada keadilan, Nak. Segala sesuatu yang hidup cuma mesti terus berjuang untuk tetap seumpama itu, setiap hari. Dengar, saya tahu kau penasaran, tetapi jangan mengajukan pertanyaan lagi wacana ini, oke? Tidak ada hal baik yang hendak tiba darinya.”

Dia cukup mengerti wacana permainan untuk mengenali apa yang ia bicarakan, dan peringatannya menjinjing bobot yang serius. Dia tidak terlihat seumpama orang jahat. Maksudku, itu sebabnya ia keluar dari penjaga, kan? Tapi seluruh percakapan menciptakan saya dalam suasana hati yang gelap. Jika saya tidak hati-hati, saya akan selsai berkubang.

Sebagai gantinya, saya membayarnya dan menanyakan kedai makanan setempat mana saja yang menghidangkan masakan yang tidak biasa. Dia menginformasikan saya wacana dua tempat, jadi saya eksklusif menuju yang terdekat dan memesan sendiri beberapa kuliner laut. Tak usang kemudian, berbagai macam sajian herring yang difermentasi tiba.

“Bau sekali!”

Aku tahu itu tidak sopan, tetapi saya tidak dapat menahan diri! Bau itu buruk. Bahkan pramusaji pun niscaya berpikir begitu, lantaran ia menaruh piringnya dan menguncinya. Bahkan hadirin terdekat mulai pindah ke meja lain.

"Apakah ini sungguh-sungguh bisa dimakan?" teriakku ke seberang ruangan.

Pelayan itu melambaikan tangannya untuk menampilkan bahwa memang begitu.

"Tapi baunya seumpama keledai!" Aku mengeluh.

Pelayan cuma mengulangi sinyal. Apakah saya kehilangan nalar sehat di sini? Hal-hal yang mesti saya lakukan

untuk LP!

Aku mengambil pecahan terkecil darinya dan dengan takut-takut membawanya ke mulutku, bertanya-tanya apakah saya menyinggung para tuhan ikan. Tentunya mereka tidak dapat baik-baik saja dengan ini!

“Menjijikkan!”

Potongan kecil itu melayang keluar dari mulutku dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga mendarat sempurna di wajah pramusaji di segi lain ruangan. Dia ambruk ke lantai tanpa mengeluarkan suara.

Maaf wacana itu, teman!

Setelah itu, saya berlari keluar dari kedai makanan secepat mungkin. Mereka tidak cuma mengharapkan lebih banyak duit untuk problem yang saya sebabkan, saya bahkan tidak mendapatkan LP dari ujian itu. Hari ini kian jelek dan buruk.

Aku menahan air mataku cukup usang untuk mendapatkan tempat kedua yang dianjurkan pemilik kepadaku. Ini pernah memasarkan kuliner cepat saji serta banyak barang lainnya. Aku memesan beberapa tusuk sate kadal dan laba-laba goreng, dan jantung saya berdebar kencang di saat menunggunya tiba.

“Pesan!”

Kadal cuma ditusuk dan dipanggang utuh, dan laba-laba juga sama! Masakannya sungguh sederhana, tetapi setidaknya tidak bau. Aku percaya saya bisa mengatasinya.

Laba-laba goreng itu nyaris seumpama permen renyah. Kakinya sungguh ringkih dan gampang dimakan, dan seluruhnya terasa manis dan lezat. Mereka mesti direndam dalam sesuatu yang manis sebelum digoreng. Kadalnya juga enak. Tulangnya mengganggu, namun rasanya luar biasa, dan dagingnya mempunyai tekstur yang tepat. Dan seluruhnya murah untuk boot. Aku bahkan ingin memesan detik!

“Hanya 800 LP, ya? Aku bahagia saya datang.”

Pengalaman jelek saya dengan kuliner bahari niscaya sudah mengembangkan pengalaman rasa kedua aku. Terima kasih, ikan haring yang malang, walaupun saya tidak akan pernah memakanmu lagi!

***

Banyak kota berganti sehabis hari mulai gelap, namun di kota ini, transformasinya sungguh dramatis. Pada malam hari, semua anak menghilang. Di tempat mereka, gaggles of

wanita dalam gaun strapless dan geng lelaki bekas luka dan kekar berkeliaran di jalan-jalan. Aku kembali ke distrik lampu merah, merasa seumpama bulan belakang layar menghakimiku.

Banyak pekerja seks melamar saya di saat saya pergi. Ternyata, wajahku cocok dengan selera lokal, lantaran mereka senantiasa meneriakiku dan menyebutku imut. Harus diakui, itu melukai sanjungan maskulin saya untuk disebut imut, walaupun perhatiannya bagus.

Aku tak mau pergi jauh-jauh, jadi saya terus berjalan hingga saya mendapatkan toko yang sedikit lebih patut untuk dikunjungi. Akhirnya, saya mendapatkan apa yang saya cari: “Waktu Harem—Puaskan Hati Kamu, Bukan Libido Kamu.”

Jika nama itu yakni sesuatu untuk digunakan, setidaknya tempat ini tidak memperdagangkan nafsu daging. Apakah sungguh-sungguh ada orang lain yang tertarik dengan hal ini selain aku? Tetap saja, peraturan di luar dengan terperinci menyatakan bahwa mereka tidak menampilkan "layanan penuh", jadi kelihatannya cukup kondusif untuk masuk. Hatiku masih berdebar di saat saya membuka pintu.

"Selamat datang! Selamat datang!"

Pria ramah di dalam menyambut saya dua kali dan membimbing saya melalui pintu. Aku nyaris ketakutan ia akan menendang saya keluar lantaran terlalu muda, namun pada akhirnya, ia tidak menyebutkan usia saya sama sekali.

Di dalam, klub itu besar dan sarat dengan sofa dan meja, masing-masing dengan konsumen yang duduk. Saat itu gelap dan, jikalau bukan lantaran Night Vision, saya akan berjuang keras untuk menyaksikan wajah orang-orang. Ada sejumlah orang muda yang mengagetkan di sini, dan pada biasanya dari mereka mempunyai aura lemah yang serupa denganku.

"Tolong tunggu sebentar. Kami akan memanggilmu dengan nama apa?”

Huh, jadi nama imitasi sungguh-sungguh bisa diterima. Tapi saya tidak dapat memutuskannya sempurna waktu, jadi saya katakan saja padanya Noir. Mengapa itu penting?

Beberapa menit kemudian, saya mengetahuinya.

Seorang perempuan dengan busana terbuka meluncur ke sofa di sebelahku dan tersenyum.

“Maaf membuatmu menunggu, Noir. Aku sungguh bahagia bisa melihatmu hari ini.”

Aku membuka lisan untuk menjawab, namun sebelum saya sempat, seorang perempuan lain duduk di segi saya yang lain.

"Hai!" ia berkata. "Jangan sentuh Noir-ku."

"Aku belum menyentuhnya—belum."

Itu berjalan seumpama itu untuk beberapa saat, keduanya menjamah lengan dan dadaku di saat kami bergabung dengan yang ketiga, dan hasilnya seorang perempuan keempat — berkerumun di sekitarku, mengangkangiku…

Semuanya menjadi terlalu berlebihan, namun mereka kelihatannya sama sekali tidak acuh dengan betapa bingungnya aku. Mereka terus meraba-raba seluruh tubuhku, dan mereka mulai memegang tanganku untuk menekannya ke pecahan tubuh mana pun yang paling menciptakan mereka percaya diri dan nyaman.

“Noir, kau tipeku. Dan saya tidak cuma menyampaikan itu lantaran saya harus,” kata salah satu wanita.

Dia membenamkan wajahku di dadanya, jadi, um, tebak ia tidak berbohong? Sepintas, tidak ada konsumen lain yang mendapatkan perlakuan seumpama ini. Kebanyakan dari mereka cuma berpegangan tangan dengan gadis-gadis itu. Aku yakni satu-satunya anak lelaki di sini yang karam dalam payudara.

“Bocah imut sepertimu niscaya punya banyak pengalaman,” katanya.

“S-sebenarnya, saya tidak pernah…”

"Kenapa kau tidak membiarkan saya menjadikanmu seorang pria?" ia berbisik di telingaku.

Seluruh tubuhku terasa geli, tetapi saya menggelengkan kepalaku. “A-aku ingin pertama kali bareng seseorang yang kucintai!”

Itu cuma menjadikannya lebih bersemangat. “Itu menggemaskan!”

Aku tidak percaya apakah ia sungguh-sungguh tertarik padaku atau ia cuma ingin menggodaku. Either way, saya tidak dapat menolong namun mengintip skill mereka. Salah satu dari mereka bahkan mempunyai sesuatu yang disebut Elemen Surgawi, yang kelihatannya sungguh-sungguh menakutkan. Tapi saya percaya saya sudah menciptakan keputusan yang sempurna untuk tiba ke sini, bagaimanapun juga.

Aku niscaya sudah melakukannya, lantaran saya terus mendapatkan LP. Yang terbaik dari semuanya, lantaran ada terlalu banyak perempuan yang berbeda, saya sanggup terus melaksanakan hal yang berlainan dengan mereka dan terus menciptakan lebih banyak dan lebih banyak lagi. Jika cuma ada satu dari mereka, itu tidak akan usang sebelum kami melaksanakan semua yang kami bisa dan saya berhenti mendapatkan LP lagi selama sekitar satu hari.

Seperti itu, saya pikir saya bisa mendapatkan lebih dari 10.000 LP jikalau saya rajin. Dan selain itu, saya memerlukan sebanyak yang saya bisa untuk melawan Iesu, kan? Benar?!

Jika Emma atau Lola melihatku malam itu, saya percaya mereka akan melotot tajam.




Sebelum | Home | Sesudah